Nama : Wilda /8G
“Lisa, ayo cepat.. nanti kita terlambat”, ketus Windi cemas. “iya sebentar lagi..”, ucap Lisa sambil membetulkan tali sepatunya. Hari ini SMP Nusa Bangsa mengadakan kegiatan persami yang wajib diikuti seluruh siswa kelas 8. Mereka begitu panik karena persami ini adalah kali pertamanya untuk kedua perempuan berambut panjang ini, karena merupakan siswa pindahan. Setelah semuanya siap mereka pun berangkat.
Baru satu minggu ini mereka pindah ke sekolah tua peninggalan jaman penjajahan itu. Bangunannya tua, gelap dan mistik. Semua siswa membicarakannya. Namun hanya mereka yang tetap tidak percaya tentang keberadaan mahluk-mahluk astral yang biasa mereka dengar selama ini. “Lho, Lis.. kok kosong?”, ucap Lisa kaget setiba di sekolah. “Iya ya? Kamu tidak salah jadwal kan?”, ucap Windi gelisah. “ah iya, disini ditulis pukul 17.00”, gumam Lisa sambil membuka surat pemberitahuan sekolah. “yaaah, mau pulang atau menunggu di sini?”, tambah Lisa. “Mungkin sebaiknya kita tunggu disini saja”, jawab Windi sambil berjalan ke kelas mereka yang terletak di pojok sekolah, di dekat gudang sekolah, yaitu 8F. Mereka berjalan melewati koridor-koridor gelap yang senyap. Kali ini mereka merasa hawa dingin mulai menyergap. “Eh, Win, katanya d-di.. di sini ada.. penunggunya”, gumam Lisa merinding. “ya biarin aja,,”, jawab Windi dengan tenang. Namun sebenarnya Windi juga merasakan hal yang sama. Ia hanya berusaha . . .menutupi.
“Lis, bawa lampu senter tidak?”, tanya Windi memecah kesunyian. “aku bawa..” jawab perempuan berkacamata ini. “Win..aku..” ucap Lisa. “apa?” jawab Windi sambil mengeluarkan barang-barangnya dari ranselnya. “Aku pengen.. pipis..”, tambah Lisa.
Windi mengantar Lisa ke toilet, melewati UKS pengap yang pintunya tak pernah tertutup. Mereka berdua berjalan pelan dengan mimik takut. “Ku dengar, pintu ini tidak bisa menutup.. hiiih..” gerutu Lisa sambil menunjuk ke pintu UKS tadi. Beberapa langkah setelah melewati UKS, tiba-tiba terdengar suara bantingan pintu. Sontak mereka pun kaget. Mereka menoleh ke belakang, dan menemui bahwa pintu UKS kini tertutup. “Aaaaaaaaa....” teriak Windi dan Lisa bersamaan. Mereke berlari kencang ke kelas mereka. Dari luar kelas Windi melihat seorang wanita berambut panjang berjalan menuju pintu. Wanita itu menunduk dan terus menunduk sampai akhirnya mengangkat kepalanya. Tiba-tiba Windi jatuh terjerembab ke lantai dan...tak sadarkan diri. Lisa yang masih berlari di belakangnya kaget dan menghampiri Windi. “Win, kamu kenapa? Kamu kenapa?”
Beberapa siswa mengerumuni kami saat ini. Windi pun tersadar. “Win kamu kenapa? Kamu tidak apa-apa kan?”, tanya salah satu siswa yang mengerumuni. “Aku..aku..” Windi berhenti sebentar memikirkan kata-katanya. “Aku hanya pusing”, lanjutnya. “Lebih baik kamu pulang saja..”, ucap Lisa kasihan. “Ah, tidak usah. Nanti juga hilang sendiri..”, jawab Windi mengelak. Windi benar-benar kaget saat kejadian tadi. Ia mulai memikirkannya kembali. Ia melihat sepasang mata hitam menatapnya tajam. Dengan wajah pucat kering yang mengerikan.