Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 April 2012

Hantu Sekolah

Nama      : Wilda /8G

“Lisa, ayo cepat..  nanti kita terlambat”, ketus Windi cemas. “iya sebentar lagi..”, ucap Lisa sambil membetulkan tali sepatunya. Hari ini SMP Nusa Bangsa mengadakan kegiatan persami yang wajib diikuti seluruh siswa kelas 8. Mereka begitu panik karena persami ini adalah kali pertamanya untuk kedua perempuan berambut panjang ini, karena merupakan siswa pindahan. Setelah semuanya siap mereka pun berangkat.
Baru satu minggu ini mereka pindah ke sekolah tua peninggalan jaman penjajahan itu. Bangunannya tua, gelap dan mistik. Semua siswa membicarakannya. Namun hanya mereka yang tetap tidak percaya tentang keberadaan  mahluk-mahluk astral yang biasa mereka dengar selama ini. “Lho, Lis.. kok kosong?”, ucap Lisa kaget setiba di sekolah. “Iya ya? Kamu tidak salah jadwal kan?”, ucap Windi gelisah. “ah iya, disini ditulis pukul 17.00”, gumam Lisa sambil membuka surat pemberitahuan sekolah. “yaaah, mau pulang atau menunggu di sini?”, tambah Lisa. “Mungkin sebaiknya kita tunggu disini saja”, jawab Windi sambil berjalan ke kelas mereka yang terletak di pojok sekolah, di dekat gudang sekolah, yaitu 8F. Mereka berjalan melewati koridor-koridor gelap yang senyap. Kali ini mereka merasa hawa dingin mulai menyergap. “Eh, Win, katanya d-di.. di sini ada.. penunggunya”, gumam Lisa merinding. “ya biarin aja,,”, jawab Windi dengan tenang. Namun sebenarnya Windi juga merasakan hal yang sama. Ia hanya berusaha . . .menutupi.

“Lis, bawa lampu senter tidak?”, tanya Windi memecah kesunyian. “aku bawa..” jawab perempuan berkacamata ini. “Win..aku..” ucap Lisa. “apa?” jawab Windi sambil mengeluarkan barang-barangnya dari ranselnya. “Aku pengen.. pipis..”, tambah Lisa.
Windi mengantar Lisa ke toilet, melewati UKS pengap yang pintunya tak pernah tertutup. Mereka berdua berjalan pelan dengan mimik takut. “Ku dengar, pintu ini tidak bisa menutup.. hiiih..” gerutu Lisa sambil menunjuk ke pintu UKS tadi. Beberapa langkah setelah melewati UKS, tiba-tiba terdengar suara bantingan pintu. Sontak mereka pun kaget. Mereka menoleh ke belakang, dan menemui bahwa pintu UKS kini tertutup. “Aaaaaaaaa....” teriak Windi dan Lisa bersamaan. Mereke berlari kencang ke kelas mereka. Dari luar kelas Windi melihat seorang wanita berambut panjang berjalan menuju pintu. Wanita itu menunduk dan terus menunduk sampai akhirnya mengangkat kepalanya. Tiba-tiba Windi jatuh terjerembab ke lantai dan...tak sadarkan diri. Lisa yang masih berlari di belakangnya kaget dan menghampiri Windi. “Win, kamu kenapa? Kamu kenapa?”

Beberapa siswa mengerumuni kami saat ini. Windi pun tersadar. “Win kamu kenapa? Kamu tidak apa-apa kan?”, tanya salah satu siswa yang mengerumuni. “Aku..aku..” Windi berhenti sebentar memikirkan kata-katanya. “Aku hanya pusing”, lanjutnya. “Lebih baik kamu pulang saja..”, ucap Lisa kasihan. “Ah, tidak usah. Nanti juga hilang sendiri..”, jawab Windi mengelak. Windi benar-benar kaget saat kejadian tadi. Ia mulai memikirkannya kembali. Ia melihat sepasang mata hitam menatapnya tajam. Dengan wajah pucat kering yang mengerikan.

Senin, 09 April 2012

Bersama Lebih Baik

Nama               : Shafira Ghaliyah Amirah
No / Kelas        : 26 / VIII G

Musim semi telah berlalu, musim panas pun datang menggantikannya. Ini adalah saat-saat yang ditunggu oleh semua siswa di negaraku, karena ini saatnya libur musim panas. Sebenarnya sekolah tidak benar-benar meliburkan siswanya, biasanya OSIS mengadakan banyak kegiatan, seperti, perkemahan musim panas. Tapi kegiatan yang diadakan OSIS tidak mewajibkan kepada siswa untuk mengikutinya. Tahun ini aku tidak mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah, karena aku akan melakukan sesuatu bersama teman-temanku.
***
            Sekarang hari terakhir bersekolah, biasanya jam-jam pelajaran banyak yang kosong. Kelas mulai ramai dengan perbincangan anak-anak yang membahas rencana liburan mereka. Aku hanya sibuk bermain game dilaptopku.
“Halo kesatria,apakah perangmu sudah selesai?”. Aku tidak melirik asal suara itu, karena aku sudah hafal dengan suaranya, dia pasti Vergy. Aku tetap fokus pada permainan perang-perangan ku.
“Sedikit lagi nih...,” ucapku dengan tatapan masih pada layar laptop. Raut muka Vergy mulai terlihat kesal. Melihat wajah Vergy, Citra yang dibelakangnya menepuk pundaknya lalu berbisik,
”Tenang, gunakan saja itu”. Vergy mulai senyum-senyum sendiri, dia menuju tempat duduknya dan mengambil sesuatu. Sedangkan Marry mulai asik memperhatikanku bermain game dan Citra hanya bisa geleng-geleng melihat kami.
“Apa kau tidak mau membaca komik terbaru ini?” tanya Vergy sambil mengibar-ngibarkan komiknya. Aku berhenti sejenak dari permainanku dan mulai melihat kearah Vergy.
“Wah.., itu komik kesukaanku seri terbaru dan punya Vergy masih bersegel,” batinku. Melihat ekspresi wajahku Citra berbisik lagi pada Vergy, “Sudah kubilang cara ini pasti berhasil”.
“Baiklah, apa yang kalian inginkan?” jawabku dengan nada melembut.
“Mira,tepatnya bukan ‘kalian’ tapi aku” ucap Vergy mendekatiku.
“Baiklah, apa yang kau inginkan?” aku meralat pertanyaanku.
“Pertama-tama matikan laptopmu” perintah Vergy. Aku kaget mendengarnya, permainanku sedikit lagi selesai,
“Apa harus?” ucapku memelas. Vergy hanya mengangguk dengan mantap. Aku segera menge-save permainanku dan merapikan laptopku dengan malas. Marry yang dari tadi diam saja dan sudah mulai ngeri dengan ketidaksabaran Vergy, dia mendekatiku yang sedang merapikan laptop dan berbisik,
“Apa kau lupa apa yang akan kita lakukan liburan ini?”. Aku tertegun,aku baru ingat liburan kali ini aku akan membantu Vergy membuat film. Aku segera mempercepat merapikan barang-barangku.
“Maafkan aku, aku benar-benar lupa”ucapku memohon pada Vergy.
“Kau sudah kumaafkan, sekarang ayo kita bahas tentang itu”. Aku lega mendengar ucapan Vergy. Kami memilih berkumpul di pojok kelas yang agak luas untuk berbincang. Pikiranku masih tertuju pada komik baru tersebut, “Ngomong-ngomong, dimana kamu beli komiknya?Disini kan masih jarang”
“Ssst...” ucap Citra dan Marry. Aku bingung,tumben mereka kompak.
“Yap, pertanyaan yang bagus”. Aku senang akhirnya Vergy memperhatikanku.
“Tapi karena jawabannya panjang, lebih baik tidak usah” ucap Vergy lagi. Yah,ternyata Vergy masih memikirkan filmnya. Citra dan Marry pun mentertawakan aku. Vergy pun menjelaskan tentang lomba yang kali ini diikutinya.

Minggu, 08 April 2012

SEMUA TENTANG KITA

Nama               : Firda Adhitya Ulfah Hanif
No                   : 10
Kelas               : 8F

Firda berjalan menuju sekolahnya. Jam sudah menuju pukul 06.55, dia melihat banyak murid disekitarnya. Kemudian dia memasuki ruang kelasnya di 9C. Sebenarnya firda merasa bosan karena harus megerjakan soal-soal latian Ujian terus-menerus. Mamanya  benar-benar kecewa terhadapnya, karena dia selalu mendapatkan nilai yang pas-pasan.
            “Kring.. Kring.. Kring.. “, bel tanda istirahatpun berdering, firda keluar dari kelasnya bersama Dita, Dita adalah temannya mulai awal masuk kelas 7, mereka dulu satukelas di kelas 7G. Dengan perkenalan yang sedikit konyol akhirnya persahabatanpun terjalin sampai sekarang.  Hm.. balik lagi ke cerita awalnya, mereka berdua keluar dari kelas lalu menuju ke kantin.
“kamu mau beli apa fir?” kata dita dengan nada bingung
“hm.. apa ya? Aku bingung ta” kata firda kebingungan juga
“kita belibakso aja yuk?” ajak dita
“ayo!”
 
Setelah lama berada di kelas, bel tanda pulangpun berdering, seperti biasanya, firda dan dita pulang bersama, kebetulan rumah firda dan dita satu jalur. Setelah sampai pasar mereka berpisah, firda naik angkot sedangkan dita naik ojek.
“aku pulang dulu ya?” ujar dita
“okee, hati” dijalan ya”
“oke kamu juga”
“sip” kataku sampil naik ke angkot
Pasti di pikiran kalian kepikiran kenapa enggak bareng-bareng naik angkot aja? Hm .. itu karena dita mabuk angkot, dia pasti pusing kalau naik angkutan umum. Maklum lah, anak jaman sekarang, hehehe
 
Paginya seperti biasa, firda datang ke sekolah kesiangan, dia baru datang pukul 07.02, untung pelajaran matematikanya belom mulai, padahal gurunya suer tegas lho .. hehe
Untuk hari ini aku duduk sama lely temenku, soalnya dita uda duduk sama arrum jadi terpaksannya aku duduk sama lely deh ..

Pulang sekolah tiba, seperti bisa firda dan dita pulang bareng. Tapi kali ini mereka enggak langsung pulang. Mereka berdua mampir dulu di MB “Mister Bakar”, ya itu salah satunya tempat makan favorit mereka.

Dear Diary...

Nama   : Novita Mukti Rinusara
Kelas/No         : VIIIF

            Malam ini, malam selasa, itu artinya besok masuk sekolah dan aku merasa lelah sekali setelah seharian ini berkeliling di London bersama keluarga besarku, namaku Fanny kelas 2 SHS (Senior High School/SMA) British London, London, Inggris. Aku tinggal di London bersama orang tuaku, saudaraku tinggal di luar london, yaitu di Brimingham, jaraknya tak terlalu jauh kalau ditempuh dengan kereta cepat.
            Disekolah, aku tak begitu bersemangat, teman teman wanita sekelasku sibuk membicarakan anak baru pindahan dari Miami, Florida, Amerika, ya aku tau daerah itu, daerah pantai yang terkenal, dan terkenal dengan jeruk floridanya. Dengar dengar anaknya laki laki dan tampan, aku semakin badmood akan itu, sudah tau aku bete eh malah membicarakan orang nggak jelas itu iuuuuuuh. Hari ini aku duduk dengan Glow, depanku ada Stuart dan John yang sejak datang kulihat mereka sibuk mengerjakan pr, belakangku ada Joshua, dan sebelahnya kosong.
            Bel mulai pelajaran berbunyi, jam pertama matematika, oh aku sungguh membenci pelajaran matematika, menurutku hanya membuat pusing, bukan pusing karena pelajarannya, tapi pusing karena gurunya yang agak lola, autis, dan bolot. Aku jadi iri, kalau guru matematika kelas sebelah nampak menyenangkan, dan bisa di ajak bercanda, katanya sih sering mengajak anak anak nonton, shoping, ke cafe dan sebagainya. Mr. Crew memasuki kelas bersama laki laki yang kurasa dialah murid baru dari Florida, berbadan tinggi, kulit putih agak kecoklatan, tampan, semua gadis dikelasku menjerit histeris seperti ada artis dunia yang datang ke kelas. Lalu Mr.Crew memperkenalkannya, oooh namanya Chris, dia pindah ke London karena orang tuanya ditempatkan bekerja di London. Mr. Crew pun menyuruh Chris duduk dibelakangku, Oh God nggak bisa apa dia duduk ditempat lain, mengganggu saja, huhh, aku tidak akan pernah mau berkenalan dengannya. Pelajaran matematika kali ini membuatku lapar, haus dan stres, untungnya 2 jam cepat berlalu, sehingga sekarang sudah istirahat. Aku dan Glow pun bergegas ke kantin.
“Hai, Aku  Chris, kamu?” Tanya Chris padaku
“Udah tau kalo situ Chris” balasku judes
“Aku kan nanya nama kamu baik baik, kok judes banget sih?” Balasnya
“Fanny” balasku singkat, berharap dia segera berhenti mengintrogasiku
“Ihh.. jadi cewe jangan judes gitu dong, aku kan Cuma mau kenalan, duduk disini boleh?” tanyaya
“Terserah” akupun meminum jus Mangga yang ku beli, setelah selesai, aku dan Glow pun pergi meninggalkan Chris
“Mau kemana?” tanya Chris
“Balik ke kelas Chris ganteng” jawab Glow genit
“Ooh..” balas Chris

High Jump of Love

Nama    : Lysandra Zulfa Anindita
Nomor  : 15
Kelas     : VIII F
Mapel   : B.Indonesia

                Suasana hari ini benar-benar  membuat penasaran. Suara sorak-sorai para  gadis yang mengerumuni  sekolah yang terkenal dengan sebutan OSAKA GAKUEN yang berada di negeri Sakura, ya! Itu Jepang. Namaku Mizuki, aku pindahan dari Negri Paman Sam  tepatnya California yang ingin pindah sekolah di OSAKA GAKUEN. Aku adalah perempuan yang akan bersekolah di Osaka Gakuen yaitu merupakan sekolah laki-laki terkenal di Jepang.
                Saat di California, aku melihat sesosok lelaki yang sedang mengikuti pertarungan sengit di arena lompat tinggi. Ia adalah Sano Izumi. Suatu malam yang mengerikan, aku melihat 3 sosok mengerikan yang sedang berjalan menyusuri blok perumahan yang mencekam dan menyeramkan. Tiba-tiba, aku didekati oleh mereka . saat aku mulai ketakutan ingin menjerit, ternyata mereka berada tepat di belakangku. “Aaaaa!!” aku pun menjerit dengan kencangnya. Tiba-tiba, duk! Plak! Plak! Bug! “Ayo lari!!” terdengar suara lelaki yang sedang memegang tanganku dan menendangkan kaki besinya ke 3 pemuda jahat tadi. Aku tau jalan alternative keluar perumahan toh aku basanya lewat jalan itu, akan tetapi tertutup oleh pagar beton yang menjulang tinggi. Aku melompat dan lelaki penolongku itu ikut melompat. Tapi sebuah pisau kecil telah menghadang kaki penolongku sampai luka sayatan di pergelangan kakinya memercikkan darah.
                Setelah kita berdua berhasil melompat, penolongku bertanya “apa kamu baik-baik saja?” saat aku menengok ke muka lelaki dan mau menjawab pertanyaan itu, ternyata ia adalah Sano. Sang juara lompat tinggi yang melompat dengan sangat indahnya.” Waah.. betapa senangnya aku bertemu sosok bintang di lapangan lompat tinggi. Apalagi saat ia menolongku dengan tendangan super yang telah menelantarkan 3 pemuda yang sedang haus akan darah itu.” Lamunanku terhenti ketika Sano yang merintih kesakitan akibat sayatan di kakinya. Aku langsung mengambil cadangan obat merah, perban, dan plester yang biasa ku bawa d dalam tasku. Kuteteskan obat merah, kubalutkan perban dan kutempelkan plester ke pergelangan kaki Sano yang terkena luka sayatan. Lalu Sano mengantarkan aku pulang dengan selamat.
                Tahun-tahun telah berlalu. Semenjak kejadian waktu itu di California, Sanopun tidak bisa dan tidak ingin lompat tinggi lagi. Kurasa, semua itu karena salahku. Dan kupikir, aku harus membuat Sano tersenyum dan lompat tinggi lagi.
                Sano telah pindah dari California ke sekolah Osaka Gakuen Jepang. Aku mendengarnya dari gunjingan beberapa fans Sano yang telah pupus harapannya kepada Sano. Akupun memutuskan pergi ke Jepang untuk membuat Sano tersenyum dan mengikuti kegiatan lompat tinggi lagi.
                Pada saat di Jepang, banyak pengalaman yang telah kulalui. Dari dulu sampai kini, Sano tetap tidak mau walaupun sudah ku sadarkan beberapakali. Hari ini adalah hari dimana Sano yang dulu tertawa bahagia karena kejuaraan lomba lompat tinggi. Atas dukungan dan doronganku, ia pun sadar dan memutuskan untuk mengikuti latihan dan akan mengikuti sayembara lompat tinggi seperti tahun kemarin. Banyak kegagalan yang telah Sano alami, dan Sano pun berhasil lompat tinggi dengan indah pada saat latihan. Kelompok dan guru Sano yang tadinya tidak percaya akan keberadaan Sano di kelompok itupun, akhirnya setuju bila Sano ikut perlombaan/sayembara lompat tinggi tersebut.
                Hari-hari telah berlalu. Sano yang sedang berlatih kini sudah siap mencapai rekor atas lompat tinggi. Perlombaan pun akan segera dimulai dengan adanya pembukaan dari principal/kepala  panitia dan persembahan tarian ciliders yang diikuti oleh murid murid Osaka Gakuen. Giliran Sano pun datang, aku menyemangati Sano dengan jimat yang diberikan almh ibu Sano kepadanya. “Sano! Ganbatte! (dalam bahasa Indonesia artinya semangat) aku di sini telah membawa ibumu ikut serta untuk menyemangati mu! Jangan menyerah Sano!!” teriakku. Tiba-tiba, prok! Prok! Prok! Prok! “Sano-kun! Sano-kun! Sano-kun!” Teriak nakatsu sang sahabat baikku dan teman-teman lainnya. Sano menjadi sangat bersemangat dan akhrinya ia berhasil menjadi juara dan mendapat rekor tertinggi.
                Seusai acara itu, Sano mengajakku ke suatu taman yang indah dan tiba-tiba “Mizuki, saat saat aku bersamamu, aku merasa damai sekali, serasa tiada permasalahan yang timbul diantara kita. Maukah kau..” kata-kata Sano terhenti ketika Nakatsu sahabat ku datang. “hai Mizuki, hai Sano!” aku menjawab “ya” namun Sano malah diam membisu.

Bahagia Itu Sederhana

Nama : Widhi Sarwestri Firmaningrum
No : 29
Kelas : VIIIF


Hai, namaku Clarynta Asyhava Pradina. Biasa dipanggil Vava. Aku tinggala di Pondok Kopi daerah Jakarta Timur.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekola. Huh sebel banget, hari pertama aku dan temen ga langsung dapet pelajaran. Tapi,kita malahan disuruh bersih-bersih kelas. Hu….. untungnyahari yang menyebalkan ini selesai juga. Aku dan teman-teman langsung bergegas pulang menuju pintu gerbang. Ternyata temenku sekomple, se Rt se Rw tapi ga pernah akur itu uda nungguin aku didepan gerbang. Namanya Iqbaal, yah lumayan si manis lagi. Akupun langsung menghampirinya.
Uda lama nunggu Baal?
Engga ko, baru 1jam, 15 menit , 58 detik (sambil melihat jamnya) nggak ada yang lebih lama? Jawab Baal
Oh,kebetulan Vava haus ni, Vava mau beli minum dulu ya?? Sahutku
Vava!!!! (dengan nada marah) dari dulu sampe sekarang blo’onnya ngga ilang-ilang yaa
Iya deh maaf .sahutku

Dengan terpaksa akupun pulang sambil berdesak-desakan berebut tempat duduk.
Akhirnya sampai juga di rumah. Karma terlalu capek akupun lang sung masuk rumah dan berkata
Aku masuk dulu ya Baal (sambil membuka gerbang )
Yo’I (sahut samsul sambil heran)
Tok..tok..tok..
Mama, buka pintunya dong Vava capek ni.
Tidak ada jawaban dari mama,lalu aku coba ketuk lagi dan mama juga tidak membuka pintunya. Berulang kali aku mencoba tetapi mama tidak membuka pintunya. Tiba-tiba dating seorang om-om yang serem,gondrong dan bertato. Lalu om itu berkata
Hey!! Mau ngapain kamu di sisn? Mau maling ya?
Haa? Harusnya saya yang nanya balik ke om, om kali yang mau maling.
Rumah kamu di mana?|
Ya di sini lah om. Di Blok C nomer 208 (sambil menunjuk nomor rumah yang ternyata nomer 206)
Waduu?? Maaf om, saya salah rumah.
Akupun lari terbirit-birit sambil menyembunyikan rasa maluku saat aku berjalan menuju rumah tiba-tiba Baal nongol dari balcon rumahnya.
Haha salahrumah ya neng?? (sengab nada mengejek)
Huuh Baal, kenapa tadi kamu nggak bilang sama aku si?
Ya emang aku niat, udah lamakan nggak nonton drama memalukan gratis. Haha
Uuhh Baal!! (sahutku marah)
Sesampainya di rumah, mama langsung nanyain aku layaknya wartawan sedang mewawancarai maling.
Vava gimana nak tadi sekolahnya? Seru kan? Uda berapa temnnya?
Ma, pertanyaan yang mana dulu yang harus Vava jawab?
Tiba-tiba tanpa mengetuk pintu Baal langsung menyahut. “Tante” sambil memberikan senyum lebarnya. Aku udah ngerasa pasti Baal mau nyeritain kejadian yang tadi. Akhirnya akupun langsung bergegas lari ke kamar. Dan akhirnya aku ketiduran sampai pagi.
Hari kedua masuk sekola telah tiba. Aku dan teman-temanku yaitu Rika,Vivit dan Desy dikagetkan dengan seorang malaikat. Kami sampai ternganga melihatnya. Tapi suasana itu tidak berkunjung lama. Karena dibelakang malaikat itu ada sesosok monster mengerikan.
Uuuh, siapa si itu? Nganggu pemandangan aja. Tanya Desy
Iya tu, enggak tau. Uda badan kaya blue doser, rambut kaya pohon beringin. Sahut Rika
Huss!! Sahutku
Kenapa Va? Tanya Vivit
Itu,itu,. Jawabku
Apa sih? Tanya Vivit kembali
Diam!! Sahutku
Langsung Vivit terdiam dan plakk!! Nih, nyamuk dari tadi gangguin kamu terus.
Vava!! Sahut Vivit kesal.
Sekejap kamipun langsung terdiam karena ibu ibu yang kami kira blue doser itu ternyata adalah guru kami. Namanya bu Vina. Pelajaran pertama, kedua sampai terakhirpun selesai juga. Dan seperti biasa Baal nungguin aku . kamipun pulang bersama.
Sampai di rumah aku langsung menceritakan tentang kejadian tadi pagi. Dan Baalpun terdiam heran melihat aku yang senyum-senyum sendiri.
Woi, kamu kenapa si? Senyum-senyum sendiri dari tadi? Udah agak minus ya?
Ih,enak aja kamu. Aku tu Cuma lagi mikirin seseorang aja.
Siapa? Jangan bilang kali aku ya(sahut Baal dengan nada GR)
Wuiih… GR kali kau?
Hehe (jawab Baal dengan malu)

Deni Anak Nakal

(Oleh: Muhammad Farras Yoga P)
“Deni bangun den” ucap ibuku sambil membangunkanku
“iya mah sebentar” sambil melihat jam dinding di kamarku. Ternyata ini baru jam 5, aku pun tidur kembali. Setelah bangun kembali aku lihat jam ternyata sudah jam 06.15, aku pun segera pergi ke kamar mandi untuk mandi tanpa merapikan tempat tidur terlebih dahulu. Setelah selesai mandi aku makan dan langsung berangkat tanpa berpamitan dengan ibu. Aku bersekolah di SMP 9 Wonosobo, sekolahku agak jauh dari rumah sekitar 10 km. jadi aku naik angkot ke sekolah, setelah menunggu lama akhirnya aku mendapat angkot. Tetapi angkotnya jalannya lambat, maklum angkotnya pelan untuk mencari penumpang.
Aku tiba di sekolah pukul 07.30, di gerbang aku sudah disambut oleh Pak Irfan guru BK yang galak. Pak Irfan menghukumku dengan tidak boleh mengikuti pelajaran pada jam pertama dan kedua, dan aku juga disuruh membuat surat pernyataan yang harus ditandatangani orang tua. Walau sedikit menyesal tetapi dalam hati aku bahagia karena aku dapat bermain tanpa mengikuti pelajaran. dari pada disini terus mending aku segera ke belakang sekolah, siapa tahu aku bertemu dengan temanku. Ternyata disana sudah ada Malik yang kebetulan juga kabur dari kelas. Malik adalah teman akrabku. Aku mengajak temanku pergi ke UKS. Dengan alas an sakit aku meminjam kunci UKS di ruang guru. Bukannya tenang di UKS kami malah membuat kegaduhan, tidak hanya itu kami juga brcerita ke hal yang negative. Kami memang terkenal sebagai anak yang nakal disekolah. Ternyata perbuatan kami diketahui juga oleh Bu Sonia guru PKn yang kebetulan juga lewat didepan ruang UKS. Dan ya lagi-lagi kami dihukum lagi dengan tidak boleh mengikuti peljaran PKn. Belum puas dengan membuat kegaduhan aku menawarkan rokok ke temanku, Malik. Awalnya ia sempat menolaknya, tetapi akhirnya dia menuruti keinginanku.
“mau ngrokok dimana Den!” ucap Malik.
“ah gamoang, bagaimana jika di WC, pasti tidak ketahuan lagi” saut ku.
Setelah lam ngrokok di WC kami pun keluar seiring bel berbunyi. Ini saatnya aku masuk kelas. Ternyata di dalam kelas kedatanganku tidak disambut baik oleh teman sekelas. Mereka mengolok-olokiku. Sampai-sampai aku berkelahi dengantemanku Joki. Dia mengolok-olokkiku tepat didepan wajahku. Lagi-lagi aku masuk ruang BK. Kata Pak Irfan aku sudah mendapat poin 190, dulu orang tua ku sudah pernah dipanggil ke sekolah gara-gara aku membuat masalah. Sebenarnya aku sih ingin hidup seperti biasa, tapi itulah godaan setan yang terkutuk, yang selalu mengajak ke perbuatan yang jelek. Selanjutnya aku disuruh kembali ke kelas. Kini jam diniding menunjukkan pukul 12.15, itu tandanya jam terakhir untuk hari ini. Pak solih masuk untuk mengisi pelajaran PAI. Sekaligus Pak Solih menagih tugas PAI yang sudah 1 bulan tidak aku kerjakan.
“Den kapan kamu mau mengumpulkan tugasnya, sudah 1 bulan kamu tidak mengumpulkan, jika besok kamu tidak mengumpulkan, terpaksa saya kosongi nilaimu” kata pak Solih.
“iya, pak, besok saya kumpulkan” jawabku dengan muka kesal
Be pulang telah berbunyi. Aku segera keluar untuk menemui Malik untuk merencanakan balapan liar nanti sore. Segera aku pulang kerumah. Setibanya di rumah aku disambut ramah oleh ibuku, tetapi aku tidak membalas sambutannya dengan ramah, malah aku membentaknya. Mungkin itulah yang membuat ayah ku tidak suka denganku. Tanpa basa-basi aku segera ganti baju dan mengambil motor untuk balapan. Aku adalah salah satu anggota daari geng motor yang biasa balapan di JL. Sindoro. Belum sholat, belum makan aku segera meninggalkan rumah untuk balapan tanpa sepengetahuan ibuku.

Persahabatan

 Karya : Wahyu / 8

Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu.

Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas.
“Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas.
“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Bella.
“Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat.

PERTEMUAN PERTAMA

Nama    : Ardian Sandi Pradana
no           : 5
kls          : VIII F 

Malam mulai datang, kabut tipis menyelimuti jalan. Jalan desa yang tadinya ramai, sekarang menjadi sepi . membuat seorang pemuda pengangguran hanya bermalas-malasan di kamarnya.
                “Den . . . .!” panggil seorang lelaki tua di depan pintu kamar.
                “Ada apa yah?” jawap si pemuda dengan nada lemah.
                “Hari ini kamu menggantikan ayah untuk ronda ya!” ucap lelaki tua itu mantap.
Tiba-tiba pemuda itu berseru panik, ketika mendengar ucapan ayahnya “Yang benar yah?”.
                “Benar, ayah agak tidak enak badan jadi kamu saja yang menggantikan ayah!” jawab lelaki tua dengan nada rendah.
                “Ya, apa boleh buat. Baiklah tapi dengan siapa?” tanya pemuda itu kepada ayahnya.
                “Ayah, sudah menyuruh mang Kosim untuk menamani mu.” Jawab lelaki tua itu lagi.
Malam semakin larut, suasana desa tersebut sungguh membosankan. Tidak ada bunyi apapun kecuali suara burung hantu dan serangga malam.
“Heeyyy . . . .!” panggil suara pemuda malas setelah membuka pintu.
                “Ehh . . . den Deni.” Balas mang Kosim dari depan pos ronda.
                Merekapun memulai tugas mereka. Dengan berteman sarung dan senter meraka menelusuri sudut-sudut desa,Hingga setengah dua belas malam mereka baru istirahat di pos mereka. Sambil menyantap kacang dan kopi mang Kosim dan Deni beradu permainan catur, tiba-tiba kabut semakin menebal dan menebal.
                “Mang kok perasaan aku nggak enak ya?” ucap Deni.
                “Ah perasaan apa . .? den Deni tekut ya?” jawab mang Kosim setengah mengejek.
                “nggak dong . . . .!” Deni menngeleng.
                Suasana hening sesaat. Mereka masih asik dengan adu catur.
                “Den . . . .!” panggil mang Kosim. “ kita pulang yuk . . .!”
                Deni tetap terdiam. Dia menarik nafas dan menghenbuskan tanpa berpaling dari pandangannya.
                “Den . . .liat apaan?” tanya mang kosim
                “Mang itu apa diatas sana?” tanya Deni tanpa mengalihkan pendanganya.
                mang Kosim mengikuti pandangan deni, “Oh . . . yang di deket pohon bambu itu ya?, itu ma lampu.”
“Kok lampu . . .?,itu lo yang dibawah pohon tua” ucap Deni membenarkan.
“jangan-jangan itu . . .” belum sampai mang Kosim meneruskan ucapannya, tiba-tiba Deni berteriak keras “ Po . . . po . . . pocooong . . .”
                Serentak Deni dan mang kosim bangkit dari tempat mereka, dan langsung berlari tunggang langgang. Ditengah-tengah mereka berlari mang kosim teringat sesuatu.
                “Den catur saya masih ketinggalan di pos ronda . . .!” mang Kosim kebingungan.
                “Aaapaaa?” Deni kaget, wajahnyak terlihat kikuk. “Wah mang Kosim gimana sih?”
                mang Kosim membalas. “yah namanya juga orang linglung . . .!”
                “yasudah sana ambil! saya ikuti dari belakang, sekalian ambilin sarung saya hehehe . . .!” Deni memerintah.
                “nggak jadi aja den!” jelas mang Kosim
                Deni balik bertanya “Lho kok nggak jadi? Kenapa?”
                “sudah tinggal aja, biar dimainin sama pocongnya” jawab mang Kosim sambil terkekeh.
nbsp;

Kriminal Konyol

Nama   : Husein Adin Nurul Huda/ 8F0-26

Hati hatilah pada tempat tempat umum jangan jangan si Jongos sedang beraksi. Ciri cirinya : mata merah,botak, gigi keluar dan tidak terlalu tinggi. Jongos adalah burunan yang kabur dari penjara. Meski bekitu dia tetap bodoh aksinya selalu konyol.

Pada suatu hari di sebuah angkutan umum Jongos melancarkan aksinya kepada penjual perangkap tikus, angkutan yang penuh membuat kesempatan semakin terbuka lebar. Tangan si Jongos mulai beraksi memasuki tas dan akhirnya “Cprreeettt, aooooww”. Ternyata tas itu berisi perangkap tikus semua. “Kenapa mas” kata penjual perangkap tikus. Jongos ketakutan dan kabur melalui jendela karena terlalu penuh.

Dia perfikir lebih keras lagi untuk makan pada hari itu. Dia melihat kesana kemari untuk mencari sasaran. Di depan ada sebuah toko anjing tidak ada penjaganya. Aksinya dimulai kembali. Jongos masuk menggunakan topeng dan menodongkan pisau ke  kasir dan meminta uang. Kasir itu langsung menekan sebuah tombol dan pintu kandang terbuka semua anjing anjing itu berlari mengejar jongos. “Untung tidak kena” kata Jongos. Sambil memegang perut yang kelaparan dan dia terjatuh. Ada orang dermawan yang lewat di depan jongos dan memberinya uang 20 ribu. Si jongos berteriak “ aku bukan pengemis, tapi Peram.........” dia lalu berfikir kalau bilang perampok nanti bisa di penjara lagi, lagi pula rumayankan 20 ribu. Akhirnya dia bisa makan juga. Dan uangnya sisa 8 ribu

Malam telah tiba Jongos pulang kerumahnya tetangga sekitarnya semuanya adalah orang orang jahat sehingga bisa disebut juga kampung rampok. Di sana mereka saling membantu dalam kejahatan. Jongos melihat orang berjudi, dengan beraninya dia ikut bermain tetapi di tengah permainan jongos ingat jika dia tidak dapat mangsa kali ini, aahhggg nanti juga menang katanya dalam hati. Ternyata dia kalah dan menyerahkan uang 8 ribunya dan pisau satu satunya serta satu gigi. Karena tidak mau giginya habis jadi dia pulang.

Malam telah berlalu jam 5 pagi jongos selalu sudah bangun untuk melakukan joging dan pemanasan lainnya. Dia berlari mengelilingi kampung, “hai ngos, ngapain lhooo” kata seorang pemulung. “Biasa latihan buat pekerjaan” balas Jongos. “Bukannya lho maling” tanya si pemulung kembali. “ ya iya, nanti kalo diuber uber orang biar udah siap” jawab jongos.

Jarum menunjuk angka setengah 8 waktunya jongos memulai aksinya dengan perut lapar kembali. Karena senjatanya telah diberikan maka jongos akan menjambret. Kali ini jongos melihat nenek nenek tua membawa dompet pikirnya “ini dia sasarannya”. Breeeetttt kena  keberuntungan di pihaknya dan berlari cepat menyusup ke keramaian. Isi dompetnya untuk membeli senjata baru dan persediaan makanan untuk 1 bulan.

Meskipun sudah mempunyai persediaan makanan untuk satu bulan jongos tetap melancarkan aksi kriminal karena sudah melekat sejak kecil dan menjadi hobi. Aksinya tertuju pada suatu padepokan bela diri karena ingin mengambil senjata dan peralatan antik. Jongos masuk dengan 2 rekannya kudil dan wolle. Tidak disangka wolle tertangkap dan kudil sekarat serta jongos tambah jongos.

Ternyata polisi mengetahui tempat persembunyian jongos, rumahnya yang penuh barang barang hasil kejahatannya disita, hasil menjabretnya tadi pagipun ikut disita. Jongos selamat kali ini karena dia tidak di rumah. Sekali kali dia juga berfikir apa yang dia lakukan salah tetapi sudah melekat sejak kecil dari lingkungan dan faktor ekonomi. Jongos lari keluar daerah yang tidak dia kenal.

Tanpa Judul

Karya : Leony / 8F 

Pada suatu hari hiduplah kawanan binatang , dan mereka hidup di sebuah hutan yang akan di tebang dan akan Kancil dan kawan-kawan-hidup di tahun 2011 dijadikan sebuah kawasan perumahan. Berita tentang penebangan hutan itu memang membuat semua hewan yang ada di hutan itu cemas dan was-was. Mereka semua berkumpul untuk membicarakan hal itu.

Singa sang raja hutan pun berpikir terlalu berlebihan hinga tiga hari tidak tidur. Namun akhirnya raja hutan itu mendapat sebuah ide, maka di kumpulkannya lagi semua warga hutan itu. Dengan sombongnya singa itu berkata, “jika manusia datang aku akan menyerangnya dan tak akan membiarkan mereka keluar dari hutan ini hidup-hidup”. Semua hewan yang ada bersorak, mereka berpikir hutan akan aman karena ada sang raja yang melindunginya.

Namun kancil tidak berpikir demikian, kancil tahu bahwa manusia datang membawa banyak peralatan yang canggih dan berbahaya. Singa itu juga menenangkan hati rakyatnya yang tengah gundah dan ketakutan. Belum habis singa itu memberi tahu ide-idenya yang tak masuk akal, kancil segera pulang dan mencari teman-temannya.

Teman yang pertama kancil cari adalah buaya, dengan terengah-engah kancil menemui buaya yang terlihat sedang berendam di hulu sungai. Kancil langsung berteriak kepada buaya,”hai buaya, ikutlah dengan ku”. Buaya yang sedang bersantai itu langsung bergerak mendekati kancil dan bertanya, “ada apa kamu mencari aku?” Kancil itu menjawab,”kita harus menghentikan penebangan hutan ini.” Buaya tertawa melihat perkataan kancil.

Kancil langsung menjelaskan apa yang terjadi dan buaya terkejut mendengar itu. Segera buaya keluar dari danau dan pergi mencari sahabat lamanya, Anjing pak tani atau biasa mereka memanggilnya Dogi. Kebetulan Pak Tani sedang pergi ke kota untuk membeli pupuk. Jadi Dogi sendiri di rumah.

Kancil dan buaya bergantian menjelaskan apa yang akan terjadi. Dan Dogi terkejut akan hal itu. Mereka berunding dan ketiga hewan itu terlihat sangat serius. Dan hingga kancil mendapat sebuah ide. “bagaimana jika kita pergi ke kota dan mencari manusia yang cinta lingkungan?” Buaya dan Dogi setuju akan hal itu. Mereka segera keluar dari hutan dan mencari jalan yang aman, karena biasanya ada pemburu yang bisa membuat nyawa melayang.

Dan ternyata hal itu benar, mereka bertiga melihat dua orang pemburu mengendap-endap dan bersiap menembak seekor rusa yang sedan makan di padang rumptut. “ kawan-kawan, bagaimana jika kita kagetkan para pemburu itu? Ujar Dogi. Kancil dan buaya setuju. Mereka pun menggunakan strategi lama,

Dogi menjenggong sekeras mungkin, dan hal itu menarik perhatian pemburu itu. Para pemburu menghampiri dogi dan kancil segera berlari menuju pemburu itu dan menendang kedua pemburu itu. Para pemburu itu lantas jatuh tersungkur. Segera Dogi mengambil senjata milik pemburu. Setelah itu buaya dengan gagahnya menghampiri para pemburu dan membuka mulutnya besar-besar seakan akan ingin memakan para pemburu itu.

Para pemburu itu lantas bangun dan berlari ketakutan, kancil dan kawan kawan lantas tertawa terpingkal-pingkal. Mereka langsung melanjutkan perjalannya. Jalan pintas menuju kota hanya bisa di lewati dengan cara menyebrangi sebuah rawa. Kancil menghentikan langkahnya.

“kenapa kamu kancil?” buaya bertanya, kancil terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Buaya. “hai kancil, kamu kenapa?” kini dogi ikut bertanya. “aku tidak bisa berenang.” Jawab kancil. Buaya yang sudah berada di dalam rawa menyuruh kancil berdiri di atas punggungnya. Dan mereka bisa menyebrangi rawa itu bersama-sama.

Dan akhirnrya mereka sampai di ujung rawa yang berbatasan langsung dengan kota. Kebetulan ada sekumpulan para pecinta lingkungan yang menanam ratusan pohon di dekat rawa itu. Para pecinta alam itu lari berhamburan menjahui tepi rawa itu setelah melihat kancil dan kawan-kawan keluar dari rawa.

Kancil bergegas mengejar para pecinta lingkungan itu namun tak bisa, pecinta lingkungan itu pergi menggunakan mobil. Kancil kembali ke tepi rawa itu dengan wajah kecewa. Saat mereka berkumpul terdengar kabar jika besok adalah hari yang ditunggu-tunggu karena pemukiman itu mulai di kerjakan.

Pacarku Sahabatku

Karya : Risqi Nur Hidayah/8F/26

Pada suatu hari, ketika aku duduk di bangku panjang di sudut sekolah, datang seorang cewek yang cantik, namanya Wulan.
“hei.., lagi ngapain ?”,
“lagi baca-baca aja” jawabku.
“Rio, Wulan boleh tanya nggak ?” dia bertanya lagi padaku.
“boleh, Wulan mau tanya apa ?”
“gini, tadi ada cowok yang nembak Wulan, belum Wulan jawab sih, Wulan mau minta pendapat Rio dulu”
Aku heran, kenapa Wulan minta pendapatku, padahal aku hanya sahabatnya.
Aku kembali bertanya “memangnya siapa cowok itu ?”
“Rian..”, dengan wajah gembira Wulan menjawab. Tanpa pikir lagi, aku pun langsung berkata “terima aja Lan, toh dia kan ganteng, baik, dan pujaan cewek lagi”
“yang bener yo.., ia deh, Wulan terima aja”.

Akhirnya, Wulan pacaran dengan cowok itu. Semulanya aku nggak merasakan apa-apa, tapi beberapa hari kemudian, setelah Wulan pacaran dengan cowok itu, aku merasa kesepian. Rasanya aku kehilangan sesuatu, biasanya aku selalu bersama-sama dengan Wulan, tapi sekarang tidak lagi. Memang ia sih,Wulan itu seorang cewek yang cantik, manis dan selalu menjadi rebutan cowok-cowok di SMA, tapi dia adalah sahabatku yang baik yang selalu menemaniku, yang tidak memandangku dari sisi manapun.

Ketika aku berjalan menuju kekantin, terlihat sesosok Wulan bersama cowoknya sedang bermesraan. Jantungku pun langsung berdetak kencang seperti jam gadang yang terletak di Padang. Timbul rasa cemburu di hatiku, aku nggak tahu, kenapa aku bisa begini. Kemudian aku duduk di pojok kantin dengan di temani segelas air jas jus, dia pun datang dan duduk di kantin itu juga bersama cowoknya.

“ah, sialan.., jantungku berdetak kencang lagi” kataku dalam hati.
Wulan tidak menegur aku, dia hanya melihat saja, aku pun tidak menegurnya. Kemudian aku pergi dari kantin itu dengan wajah yang agak kusam, mungkin aku telah jatuh cinta dengannya sehingga aku merasakan api cemburu yang begitu besar di dadaku. Setelah itu aku nggak pernah lagi bertemu dengannya.

Dua bulan kemudian…,
Pada suatu malam, ketika aku sedang menulis cerpen, terdengar suara cewek yang memanggilku di depan rumah, “Rio.., Rio.. ?” aku langsung bergegas keluar rumah.

“lo.., kok Wulan nangis, kenapa ?” tanyaku.“Wulan sedih Rio.., cowok Wulan selingkuh” Wulan menjawab dengan nafas yang tersenggat-senggat dan memeluk tubuhku. Aku pun terkejut dan berkata “kan udah Rio bilang, Wulan nggak usah percaya sama cowok itu !”

“ia.., ia.., Wulan menyesal Rio” kata Wulan.

“udah, sekarang Wulan pulang ke rumah aja, jangan pikirkan cowok itu lagi, masih banyak kok cowok yang suka sama Wulan” kataku dengan harapan bisa mengambil hatinya.
“nggak.., Wulan mau disini aja, Wulan nggak mau pulang…, nggak mau”
Kami pun duduk di kursi panjang yang ada di depan rumahku.
“ya udah, sekarang pejamkan mata Wulan dan rasakan angin yang berhembus.” Wulan pun memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya ke pundakku, beberapa menit kemudian dia tertidur. Aku nggak bisa tidur, aku menjaganya dari malam sampai pagi, setelah Wulan bangun, aku langsung mengantar ke rumahnya.

Setelah kejadian malam itu, Wulan kembali baik denganku bahkan lebih dari biasanya. Kami selalu bersama, baik di sekolah maupun dirumah. Di saat semua kesenangan itu terjadi, orang tuaku pindah tugas ke luar negeri, aku pun terpaksa harus mengikuti orang tuaku. Aku nggak ke sekolah beberapa hari sebelum berangkat dan aku nggak memberitahu soal ini kepada Wulan. Ketika aku mau pergi, aku hanya menulis sepucuk surat kepadanya, yang aku titip kepada satpam rumahku.

RUMAH KOSONG

Bima Andaru Fardan (07) 8F

Pada hari kamis, saya terbangun karena mimpi yang aneh saya. Saya melirik ke a rah jam yang menunjukan jam 05:00 pagi. Saya bangun dan bergegas menyiapkan baju seragam sekolah dan handuk untuk di pakai. Saya pergi ke kamar mandi yang terletak di ujung rumah lantai 2. Lalu saya masuk ke kamar mandi. Tiba-tiba saya merasa bulu di tangan saya berdiri sendiri entah karena apa. Padahal biasa nya saya tidak merinding tetapi hari itu sangat berbeda. Setelah selesai mandi dan memakai baju, saya keluar dari kamar mandi dan jam sudah menunjukan pukul 06:00 pagi. Saya hanya mengambil roti berlapis coklat dan berangkat sekolah karena di Jakarta sudah mulai padat kendaraan. Saya menaiki sepeda saya. Saat itu saya melewati jalan yang lumayan sepi agar tidak terhambat oleh macet. Saya melewati gang yang di sana terdapat pemakaman dan di tengah-tengah pemakaman tersebut ada satu rumah tua yang katanya di situ bekas belanda. Padahal rumah itu tidak terlalu besar. Orang-orang di sekitar banyak mengatakan bahwa di sana banyak bayangan lewat seperti orang tua. Saat saya teringat yang di katakan orang-orang sekitar dan saya mempercepat genjotan di sepeda saya seperti sedang balapan sepeda. Sampai di sekolah pada pukul 06:50 pagi dan langsung masuk dan mengkuti pelajaran seperti biasa dari 07:00 pagi sampai 15:30 sore. Ternyata saya teringat bahwa saya ada kerja kelompok di rumah saya bersama teman saya yang bernama Norman, Andana dan Aksa. Saat itu kami sama-sama membawa sepeda dari sekolah ke rumah saya. Mereka mengenjot sepeda itu dengan pelan agar santai setelah melakukan ujian matematika. Saat kami memasuki gang yang terdapat kuburan itu saya mulai membuka percakapan.
“ Wah … sepi sekali ya disini “ kata saya
“ iya tumben aja ya bim “ kata Andana
“ mungkin mereka lagi nyepi kali bim “ kata Aksa
  HAHAHA … mana mungkin “ kata saya
Lalu saya menunjuk ke rumah tersebut dan berkata
“ ada yang berani gak masuk ke rumah itu “ kata saya
“ yah mana berani gue “ kata Aksa
“ gue kasih goceng deh “ kata saya
“ oke oke “ kata Andana
“ tapi gimana kalo rame-rame aja ? kan lumayan? Ye gak? “ kata Norman
“ oke deh “
Lalu kami semua meletakan sepeda di luar rumah itu dan berjalan dengan pelan-pelan di depan rumah itu. Bangunan itu terlihat tua sekali dan tidak terawat.
“ wah bim serem banget nih rumah “ kata Norman
  gue aja merinding nih di sini “ kata saya
“ udah masuk aja yok … kalo berani “ kata Andana
“ beneran nih ? boleh-boleh aja sih “ kata saya
“ oke .. ayok “ kata Andana
Kami semua pun masuk dengan rasa was-was dan takut akan hal yang tidak di inginkan. Kami keliling lantai satu rumah tersebut. Saat kami sampai tangga tiba-tiba bunyi suara kakek tua yang membuat kami kaget dan berjalan mundur belakang mencari pintu keluar. Tapi Andana mencegah kami agar tidak mundur dan bilang dengan perlahan
“ ssst… udah sini dulu siapa tau itu orang bukan setan “ kata Andana