Minggu, 08 April 2012

Pacarku Sahabatku

Karya : Risqi Nur Hidayah/8F/26

Pada suatu hari, ketika aku duduk di bangku panjang di sudut sekolah, datang seorang cewek yang cantik, namanya Wulan.
“hei.., lagi ngapain ?”,
“lagi baca-baca aja” jawabku.
“Rio, Wulan boleh tanya nggak ?” dia bertanya lagi padaku.
“boleh, Wulan mau tanya apa ?”
“gini, tadi ada cowok yang nembak Wulan, belum Wulan jawab sih, Wulan mau minta pendapat Rio dulu”
Aku heran, kenapa Wulan minta pendapatku, padahal aku hanya sahabatnya.
Aku kembali bertanya “memangnya siapa cowok itu ?”
“Rian..”, dengan wajah gembira Wulan menjawab. Tanpa pikir lagi, aku pun langsung berkata “terima aja Lan, toh dia kan ganteng, baik, dan pujaan cewek lagi”
“yang bener yo.., ia deh, Wulan terima aja”.

Akhirnya, Wulan pacaran dengan cowok itu. Semulanya aku nggak merasakan apa-apa, tapi beberapa hari kemudian, setelah Wulan pacaran dengan cowok itu, aku merasa kesepian. Rasanya aku kehilangan sesuatu, biasanya aku selalu bersama-sama dengan Wulan, tapi sekarang tidak lagi. Memang ia sih,Wulan itu seorang cewek yang cantik, manis dan selalu menjadi rebutan cowok-cowok di SMA, tapi dia adalah sahabatku yang baik yang selalu menemaniku, yang tidak memandangku dari sisi manapun.

Ketika aku berjalan menuju kekantin, terlihat sesosok Wulan bersama cowoknya sedang bermesraan. Jantungku pun langsung berdetak kencang seperti jam gadang yang terletak di Padang. Timbul rasa cemburu di hatiku, aku nggak tahu, kenapa aku bisa begini. Kemudian aku duduk di pojok kantin dengan di temani segelas air jas jus, dia pun datang dan duduk di kantin itu juga bersama cowoknya.

“ah, sialan.., jantungku berdetak kencang lagi” kataku dalam hati.
Wulan tidak menegur aku, dia hanya melihat saja, aku pun tidak menegurnya. Kemudian aku pergi dari kantin itu dengan wajah yang agak kusam, mungkin aku telah jatuh cinta dengannya sehingga aku merasakan api cemburu yang begitu besar di dadaku. Setelah itu aku nggak pernah lagi bertemu dengannya.

Dua bulan kemudian…,
Pada suatu malam, ketika aku sedang menulis cerpen, terdengar suara cewek yang memanggilku di depan rumah, “Rio.., Rio.. ?” aku langsung bergegas keluar rumah.

“lo.., kok Wulan nangis, kenapa ?” tanyaku.“Wulan sedih Rio.., cowok Wulan selingkuh” Wulan menjawab dengan nafas yang tersenggat-senggat dan memeluk tubuhku. Aku pun terkejut dan berkata “kan udah Rio bilang, Wulan nggak usah percaya sama cowok itu !”

“ia.., ia.., Wulan menyesal Rio” kata Wulan.

“udah, sekarang Wulan pulang ke rumah aja, jangan pikirkan cowok itu lagi, masih banyak kok cowok yang suka sama Wulan” kataku dengan harapan bisa mengambil hatinya.
“nggak.., Wulan mau disini aja, Wulan nggak mau pulang…, nggak mau”
Kami pun duduk di kursi panjang yang ada di depan rumahku.
“ya udah, sekarang pejamkan mata Wulan dan rasakan angin yang berhembus.” Wulan pun memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya ke pundakku, beberapa menit kemudian dia tertidur. Aku nggak bisa tidur, aku menjaganya dari malam sampai pagi, setelah Wulan bangun, aku langsung mengantar ke rumahnya.

Setelah kejadian malam itu, Wulan kembali baik denganku bahkan lebih dari biasanya. Kami selalu bersama, baik di sekolah maupun dirumah. Di saat semua kesenangan itu terjadi, orang tuaku pindah tugas ke luar negeri, aku pun terpaksa harus mengikuti orang tuaku. Aku nggak ke sekolah beberapa hari sebelum berangkat dan aku nggak memberitahu soal ini kepada Wulan. Ketika aku mau pergi, aku hanya menulis sepucuk surat kepadanya, yang aku titip kepada satpam rumahku.


Wulan pun beberapa hari ini mencariku di sekolah, dia tidak menemukan aku di sekolah, akhirnya dia pergi kerumahku.
“pak..! Rio nya ada nggak ?” tanya Wulan.
“Den Rio nya baru aja pergi neng”
“pergi kemana pak ? kok nggak bilang-bilang”
“Den Rio pindah ke luar negeri, orang tuanya pindah tugas, ini surat dari Den Rio.”

Wulan langsung membaca isi surat itu.


Salam manis,
Mungkin saat Wulan membaca surat ini, Rio udah nggak di sana lagi. Rio sekarang pindah ke luar negeri, karena orang tua Rio pindah tugas. Rio tahu, wulan pasti sedih…, tapi apa boleh buat, mungkin kita nggak di takdirkan bersama.
Sebenernya.., dari dulu Rio sudah suka sama Wulan, cuma Rio nggak punya keberanian untuk ungkapin. Rio hanya sampah, Rio bukan siapa-siapa, Rio culun, Rio kuno…
Mungkin dengan kepergian ini, Rio bisa melupakan Wulan. Mudah-mudahan Wulan bisa dapet sahabat baru yang lebih baik dari Rio…
Sahabatmu..


Setelah membaca surat tersebut, Wulan langsung bergegas berlari menuju bandara. Dia terlambat, pesawat yang di tumpangiku sudah terbang. Dia menangis dan duduk di bangku yang terletak di ruang tunggu. Seorang anak kecil pun datang dan memberikan kertas yang bertuliskan…

pergi ke taman bandara sekarang..!

Wulan langsung pergi ke taman dengan tangisannya, kemudian dia terdiam. Sebuah alunan musik yang romantis, taman yang bertaburan bunga dan lilin yang membentuk sebuah jalan terbentang di hadapan Wulan. Tangisan Wulan pun berhenti dan dia melihat sebuah tanda panah yang menuju titik tengah taman tersebut, dia pun perlahan-lahan berjalan sambil menikamati musik tersebut. Setelah tiba di tengah taman tersebut, dia nggak menemukan apa-apa.

Kemudian terdengar, “Wulan.., ini Rio persembahkan buat Wulan, jangan nangis lagi ya !” Wulan pun langsung menoleh kebelakang dan langsung memeluk aku.
“ia, sekarang Wulan nggak nangis lagi kok, tapi kalo Rio lepas pelukan ini, Wulan akan nangis lagi”

Orang tuaku nggak jadi pindah karena pemindahan tugas di batalkan. Aku sangat senang. Malam itu juga, aku menyatakan perasaanku pada Wulan dan akhirnya dia menerimaku menjadi pacarnya. Dari sini aku mendapat pelajaran bahwa, jika kita memiliki perasaan janganlah di pendam, ungkapkanlah perasaan itu walaupun pahit rasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar