Nama : Ardian Sandi Pradana
no : 5
kls : VIII F
no : 5
kls : VIII F
Malam mulai datang, kabut tipis menyelimuti jalan. Jalan desa yang tadinya ramai, sekarang menjadi sepi . membuat seorang pemuda pengangguran hanya bermalas-malasan di kamarnya.
“Den . . . .!” panggil seorang lelaki tua di depan pintu kamar.
“Ada apa yah?” jawap si pemuda dengan nada lemah.
“Hari ini kamu menggantikan ayah untuk ronda ya!” ucap lelaki tua itu mantap.
Tiba-tiba pemuda itu berseru panik, ketika mendengar ucapan ayahnya “Yang benar yah?”.
“Benar, ayah agak tidak enak badan jadi kamu saja yang menggantikan ayah!” jawab lelaki tua dengan nada rendah.
“Ya, apa boleh buat. Baiklah tapi dengan siapa?” tanya pemuda itu kepada ayahnya.
“Ayah, sudah menyuruh mang Kosim untuk menamani mu.” Jawab lelaki tua itu lagi.
“Ada apa yah?” jawap si pemuda dengan nada lemah.
“Hari ini kamu menggantikan ayah untuk ronda ya!” ucap lelaki tua itu mantap.
Tiba-tiba pemuda itu berseru panik, ketika mendengar ucapan ayahnya “Yang benar yah?”.
“Benar, ayah agak tidak enak badan jadi kamu saja yang menggantikan ayah!” jawab lelaki tua dengan nada rendah.
“Ya, apa boleh buat. Baiklah tapi dengan siapa?” tanya pemuda itu kepada ayahnya.
“Ayah, sudah menyuruh mang Kosim untuk menamani mu.” Jawab lelaki tua itu lagi.
Malam semakin larut, suasana desa tersebut sungguh membosankan. Tidak ada bunyi apapun kecuali suara burung hantu dan serangga malam.
“Heeyyy . . . .!” panggil suara pemuda malas setelah membuka pintu.
“Ehh . . . den Deni.” Balas mang Kosim dari depan pos ronda.
“Ehh . . . den Deni.” Balas mang Kosim dari depan pos ronda.
Merekapun memulai tugas mereka. Dengan berteman sarung dan senter meraka menelusuri sudut-sudut desa,Hingga setengah dua belas malam mereka baru istirahat di pos mereka. Sambil menyantap kacang dan kopi mang Kosim dan Deni beradu permainan catur, tiba-tiba kabut semakin menebal dan menebal.
“Mang kok perasaan aku nggak enak ya?” ucap Deni.
“Ah perasaan apa . .? den Deni tekut ya?” jawab mang Kosim setengah mengejek.
“nggak dong . . . .!” Deni menngeleng.
“Ah perasaan apa . .? den Deni tekut ya?” jawab mang Kosim setengah mengejek.
“nggak dong . . . .!” Deni menngeleng.
Suasana hening sesaat. Mereka masih asik dengan adu catur.
“Den . . . .!” panggil mang Kosim. “ kita pulang yuk . . .!”
Deni tetap terdiam. Dia menarik nafas dan menghenbuskan tanpa berpaling dari pandangannya.
Deni tetap terdiam. Dia menarik nafas dan menghenbuskan tanpa berpaling dari pandangannya.
“Den . . .liat apaan?” tanya mang kosim
“Mang itu apa diatas sana?” tanya Deni tanpa mengalihkan pendanganya.
mang Kosim mengikuti pandangan deni, “Oh . . . yang di deket pohon bambu itu ya?, itu ma lampu.”
“Mang itu apa diatas sana?” tanya Deni tanpa mengalihkan pendanganya.
mang Kosim mengikuti pandangan deni, “Oh . . . yang di deket pohon bambu itu ya?, itu ma lampu.”
“Kok lampu . . .?,itu lo yang dibawah pohon tua” ucap Deni membenarkan.
“jangan-jangan itu . . .” belum sampai mang Kosim meneruskan ucapannya, tiba-tiba Deni berteriak keras “ Po . . . po . . . pocooong . . .”
“jangan-jangan itu . . .” belum sampai mang Kosim meneruskan ucapannya, tiba-tiba Deni berteriak keras “ Po . . . po . . . pocooong . . .”
Serentak Deni dan mang kosim bangkit dari tempat mereka, dan langsung berlari tunggang langgang. Ditengah-tengah mereka berlari mang kosim teringat sesuatu.
“Den catur saya masih ketinggalan di pos ronda . . .!” mang Kosim kebingungan.
“Aaapaaa?” Deni kaget, wajahnyak terlihat kikuk. “Wah mang Kosim gimana sih?”
mang Kosim membalas. “yah namanya juga orang linglung . . .!”
“yasudah sana ambil! saya ikuti dari belakang, sekalian ambilin sarung saya hehehe . . .!” Deni memerintah.
“Aaapaaa?” Deni kaget, wajahnyak terlihat kikuk. “Wah mang Kosim gimana sih?”
mang Kosim membalas. “yah namanya juga orang linglung . . .!”
“yasudah sana ambil! saya ikuti dari belakang, sekalian ambilin sarung saya hehehe . . .!” Deni memerintah.
“nggak jadi aja den!” jelas mang Kosim
Deni balik bertanya “Lho kok nggak jadi? Kenapa?”
“sudah tinggal aja, biar dimainin sama pocongnya” jawab mang Kosim sambil terkekeh.
nbsp;
Deni balik bertanya “Lho kok nggak jadi? Kenapa?”
“sudah tinggal aja, biar dimainin sama pocongnya” jawab mang Kosim sambil terkekeh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar