Nama : Shafira Ghaliyah Amirah
No / Kelas : 26 / VIII G
Musim semi telah berlalu, musim panas pun datang menggantikannya. Ini adalah saat-saat yang ditunggu oleh semua siswa di negaraku, karena ini saatnya libur musim panas. Sebenarnya sekolah tidak benar-benar meliburkan siswanya, biasanya OSIS mengadakan banyak kegiatan, seperti, perkemahan musim panas. Tapi kegiatan yang diadakan OSIS tidak mewajibkan kepada siswa untuk mengikutinya. Tahun ini aku tidak mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah, karena aku akan melakukan sesuatu bersama teman-temanku.
***
Sekarang hari terakhir bersekolah, biasanya jam-jam pelajaran banyak yang kosong. Kelas mulai ramai dengan perbincangan anak-anak yang membahas rencana liburan mereka. Aku hanya sibuk bermain game dilaptopku.
“Halo kesatria,apakah perangmu sudah selesai?”. Aku tidak melirik asal suara itu, karena aku sudah hafal dengan suaranya, dia pasti Vergy. Aku tetap fokus pada permainan perang-perangan ku.
“Sedikit lagi nih...,” ucapku dengan tatapan masih pada layar laptop. Raut muka Vergy mulai terlihat kesal. Melihat wajah Vergy, Citra yang dibelakangnya menepuk pundaknya lalu berbisik,
”Tenang, gunakan saja itu”. Vergy mulai senyum-senyum sendiri, dia menuju tempat duduknya dan mengambil sesuatu. Sedangkan Marry mulai asik memperhatikanku bermain game dan Citra hanya bisa geleng-geleng melihat kami.
“Apa kau tidak mau membaca komik terbaru ini?” tanya Vergy sambil mengibar-ngibarkan komiknya. Aku berhenti sejenak dari permainanku dan mulai melihat kearah Vergy.
“Wah.., itu komik kesukaanku seri terbaru dan punya Vergy masih bersegel,” batinku. Melihat ekspresi wajahku Citra berbisik lagi pada Vergy, “Sudah kubilang cara ini pasti berhasil”.
“Baiklah, apa yang kalian inginkan?” jawabku dengan nada melembut.
“Mira,tepatnya bukan ‘kalian’ tapi aku” ucap Vergy mendekatiku.
“Baiklah, apa yang kau inginkan?” aku meralat pertanyaanku.
“Pertama-tama matikan laptopmu” perintah Vergy. Aku kaget mendengarnya, permainanku sedikit lagi selesai,
“Apa harus?” ucapku memelas. Vergy hanya mengangguk dengan mantap. Aku segera menge-save permainanku dan merapikan laptopku dengan malas. Marry yang dari tadi diam saja dan sudah mulai ngeri dengan ketidaksabaran Vergy, dia mendekatiku yang sedang merapikan laptop dan berbisik,
“Apa kau lupa apa yang akan kita lakukan liburan ini?”. Aku tertegun,aku baru ingat liburan kali ini aku akan membantu Vergy membuat film. Aku segera mempercepat merapikan barang-barangku.
“Maafkan aku, aku benar-benar lupa”ucapku memohon pada Vergy.
“Kau sudah kumaafkan, sekarang ayo kita bahas tentang itu”. Aku lega mendengar ucapan Vergy. Kami memilih berkumpul di pojok kelas yang agak luas untuk berbincang. Pikiranku masih tertuju pada komik baru tersebut, “Ngomong-ngomong, dimana kamu beli komiknya?Disini kan masih jarang”
“Ssst...” ucap Citra dan Marry. Aku bingung,tumben mereka kompak.
“Yap, pertanyaan yang bagus”. Aku senang akhirnya Vergy memperhatikanku.
“Tapi karena jawabannya panjang, lebih baik tidak usah” ucap Vergy lagi. Yah,ternyata Vergy masih memikirkan filmnya. Citra dan Marry pun mentertawakan aku. Vergy pun menjelaskan tentang lomba yang kali ini diikutinya.
“Lalu film apa yang kali ini akan kau buat?” tanya Citra.
“Aku sudah membuat rancangannya. Nanti pulang sekolah kau ke rumahku, mungkin kau punya ide tambahan” jawab Vergy.
“Ha..! Lalu bagaimana denganku dan Mira?” tanya Marry pada Vergy. Aku yang mendengar pertanyaannya langsung menyahut,
“Sudahlah, biarkan saja mereka berimajinasi tanpa kita”
“Oh ya, bagaimana dengan pemainnya?” tanya Citra lagi.
“Tentu saja kita, kecuali jika kekurangan aku akan menambah lagi” jawab Vergy.
“Siapa lagi yang akan kau ajak? Bukankah kau sudah lihat teman-teman kita sedang sibuk membicarakan rencana liburan mereka. Mereka pasti sibuk”. Semua terdiam memikirkan pertanyaanku.
“Kita cari saja pemain dari kelas drama, mungkin mereka mau” usul Marry memecahkan keheningan. Semua melihat Marry dan berpikir sejenak.
“Ide yang bagus. Ayo!” ajak Vergy bangun dari tempatnya.
“Kemana?” tanya Marry
“Kemana lagi, ya ke ruang olahraga sekolah. Bukankan mereka sering berkumpul disana?” jawab Vergy.
“Sekarang juga?” ucap Citra.
“Tentu saja, ...” belum sempat Vergy melanjutkan perkataannya. Aku menyela,
“Lebih cepat lebih baik”
Vergy yang tidak suka ucapannya disela, akhirnya tersenyum juga. Tentu saja dia senang karena aku mengucapkan sesuai dengan keinginannya. Itu adalah mottonya, dia selalu mengucapkannya, aku pun sampai hafal.
“Ayo cepat!” ajak Vergy sambil berjalan menuju pintu kelas. Kami pun berdiri dan menyusulnya.
***
Disepanjang perjalan menuju ruang olahraga kami melihat-lihat sekeliling.
“Ternyata benar-benar hari terakhir sekolah” ucapku.
“Memang, hari ini semua kelas bebas makanya banyak yang keluar kelas” ucap Marry.
***
Sesampainya di depan ruang olahraga.
“Kau yakin kita tidak akan mengganggu jika bilang sekarang?” tanyaku
“Tentu saja, bukankah semua kelas kosong?” ucap Vergy. Kami pun masuk ruang olahraga. Ternyata benar dugaan Vergy, anak kelas drama pun sedang bersantai, bahkan banyak anak yang sedang bermain disini. Kami berjalan kearah anak-anak kelas drama. Aku menyenggol Marry,
“Kenapa?”
“Kau yang bilang pada mereka”
“Aku?”
“Tentu saja, kau yang memberi usul” ujar Vergy.
“Baiklah” Marry menuju segerombolan anak-anak drama. Sementara kami menunggu Marry kami melihat-lihat sekeliling. Pandangan Vergy tertuju pada buku yang terletak di kursi yang agak jauh dari anak drama.
“Ikut aku!” ajak Vergy.
“Kemana? Bukankah kita akan menunggu Marry disini?” tanyaku sambil berjalan. Kami pun berhenti di kursi yang terdapat buku diatasnya.
“Bukankah itu daftar nilai?” ucap Citra. Vergy mengangguk.
“Kau tidak berniat membukanya kan? Ucap Citra lagi dengan berhati-hati. Tapi Vergy sudah mengambil buku itu dan membukanya. Aku dan Citra hanya berjaga-jaga,mungkin ada yang melihat.
“Sepertinya ada yang mendekat” ucapku pelan pada Citra. Citra melirikku, kami pun langsung menghadap ke belakang dan menutupi Vergy yang masih asik dengan daftar nilai. Ternyata ada anak laki-laki yang mendekat,Daniel.
“Sedang apa disini dan... kalian terlihat mencurigakan?” tanya Daniel.
“Oh kami hanya sedang melihat-lihat, kau mencurigai kami? Apa yang kau curigai?” ucapku sambil meliriknya.
“Hanya saja kau terlihat menyembunyikan sesuatu”
“Kau penasaran dengan sesuatu yang dibelakang kami?” ucap Citra.
“Tidak, aku hanya ingin mengambil buku yang seingatku ditaruh dikursi itu”
Aku menyenggol Citra. Citra dengan tenang menunjuk sebuah kursi yang persis dan ada bukunya yang agak jauh dari kami, “Mungkin kau menaruhnya disana!”
“Aku yakin menaruhnya disini” ucap Daniel sambil mendesak kami. Aku dan Citra berusaha mempertahankan, tapi karena tidak kuat akhirnya Daniel berhasil mendobrak kami. Aku dan Citra takut Vergy ketahuan, tapi ketika kami melihat kursi tadi ternyata kursi itu kosong.”Kemana Vergy dan buku itu?” pikirku. Kami langsung bersikap seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
“Sudah ku bilang mungkin kau menaruhnya disana” ucap Citra
“Baiklah, maaf sudah mencurigai kalian” Daniel melangkah pergi menuju kursi yang tadi ditunjuk Citra.
“Apa kau yakin, itu bukunya?” tanyaku khawatir.
“Aku saja tidak tahu. Kemana lagi Vergy” jawab Citra sambil mencari-cari Vergy. Sedang sibuk kami mencari Vergy, Daniel mendatangi kami lagi. Aku berpikir jangan-jangan dia tahu kebohongan kami.
“Kalian benar ternyata aku menaruhnya disana” ucap Daniel. Aku dan Citra kaget.
“Oh kalian disini, aku mencari kalian dari tadi” ucap Marry mendatangi kami. Untung Marry segera datang.
“Marry.., apa ini teman-temanmu?” ucap Daniel.
“Iya, lama tidak bertemu ya...” ucap Marry. Marry dan Daniel adalah teman sekelas ketika kelas X.
“Sudah yea, aku sudah ditunggu” ucap Daniel pergi.
“Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Marry.
“Kami sedang mencari Vergy” jawab Citra.
“Memangnya kemana dia?”. Kami hanya angkat bahu. Tiba-tiba ada yang berlali kearah kami.
“Hey.., apa kalian sudah selesai?” tanya Vergy.
“Darimana saja kau? Kami hampir kena marah gara-garamu” ucapku setengah marah.
“Memangnya apa yang terjadi?” tanya Marry.
“Maafkan aku, tadi aku kebelakang” ucap Vergy sambil tersenyum.
“Kau ini, lalu dimana bukunya?” tanya Citra.
“Bukankah sudah ku kembalikan?”
“Jadi yang dipegang Daniel tadi yang kau pegang?”. Vergy hanya mengangguk.
“Ayo kita kembali” ajakku.
***
Sepanjang perjalanan aku menceritakan kejadian tadi pada Marry. Marry hanya tertawa mendengarnya.
“Tadi aku sudah bertanya kepada mereka, apakah mereka bisa meluangkan waktu ketika liburan” ucap Marry.
“Bagus, lalu apa kata mereka?” tanya Vergy.
“Mereka bisa asal sepulang latihan, karena liburan mereka tetap latihan”
“Kau sudah memikirkan siapa saja yang kau ajak?” tanya Citra.
“Sudah, aku sudah mencatatnya” jawab Vergy sambil mengeluarkan kertas kecil dari sakunya.
***
Sebentar lagi jam pelajaran berakhir, kami menunggu pengumuman sambil melakukan aktifitas lain. Aku tentu saja melanjutkan bermain game lagi bersama Marry. Ketika sedang ramai-ramainya kelas, guru kelas kami masuk dan memberikan pengumuman.
“Baiklah, sekian pengumuman dari ibu. Kalian boleh pulang setelah bel berbunyi. Ini surat untuk orang tua kalian dan ini daftar tugas saat liburan” ucap bu guru sambil menunjukan kertas.
“Kring..kring..” bel sekolah berbunyi. Semua anak langsung merapikan berang-barang mereka dan pulang, tentu saja mengambil surat terlebih dahulu. Aku mengambil empat surat dan kuberikan pada Citra, Vergy, dan Marry. Aku membuka daftar tugas,ternyata lumayan juga.
“Kerjain bareng yuk.., mungkin lebih capat” ajakku.
“Kapan?” tanya Marry.
“Nanti saja kau kerumahku, kita mengerjakan sebagian dulu. Lagi pula nanti kita tidak ikut membuat naskah bersama Vergy dan Citra”
“Iya, daripada kalian nganggur” Vergy mengiyakan.
“Baiklah, nanti sehabis makan siang aku kerumahmu. Jangan lupa SMS apa yang akan kita kerjakan hari ini. Supaya aku bersiap-siap”
“Ok”
“Oh ya nanti kau langsung kerumahku yea..” ucap Vergy pada Citra.
“Bagaimana jika dirumahku saja. Rumahku sedang sepi, orang tuaku lembur hari ini. Paling hanya ada kakakku” usul Citra.
“Ya sudah, pulang sekolah aku langsung kerumahmu saja”
“Kau tidak ijin dulu?” tanya Citra lagi.
“Nanti aku telp saja orang tuaku”
Anak-anak pulang kerumah masing-masing, kecuali yang punya kegiatan lain. Sekolah pun mulai sepi.
***
Sesampainya dirumah. Aku langsung menekan bel dekat pintu gerbang rumah. Duh kenapa lama sekali, pikirku. Hari ini sudah mulai panas. Aku menekan lagi bel. Seseorang keluar dari pintu rumah sambil berlari.
“Sabar kenapa sih, aku juga butuh waktu untuk berjalan” ucap kakakku sambil membuka pintu gerbang.
“Memangnya kakak lagi dimana?” tanyaku sambil bergegas masuk.
“Aku lagi dikamar, dirumah belum ada yang pulang”
Aku tidak bisa membayangkan kakakku berlari dari kamarnya diatas menuju gerbang rumah. Aku menyesal tadi marah-marah. Kami berbincang-bincang sambil masuk rumah. Aku menuju kamarku dan kakakku juga menuju kamarnya. Selesai berganti baju aku merapikan buku-buku yang akan aku kerjakan nanti bersama Marry. Aku keluar kamar sambil membawa buku.
“Kak, nanti temanku mau kerumah. Bisakah kau memasakan sesuatu untuk kami?” ucapku setengah berteriak didepan pintu kamar kakakku dan sambil me-SMS Marry. Aku menunggu jawaban, tapi tidak ada jawaban juga.
“Kak..” aku berteriak lagi.
“Aku laki-laki, Mira. Aku tidak pandai memasak. Aku baru beli mie instan, ku geletakkan didapur. Buatmu saja” jawab kakakku dari dalam kamar.
“Lalu bagaimana dengan snack dan minumnya?” teriakku lagi. Pintu kamar kakakku terbuka, kakakku keluar.
“Cari saja di kulkas, kalau tidak ada beli saja di warung. Dan jangan ganggu aku lagi jika tidak terlalu penting, aku sibuk” ucap kakakku sambil menutup pintu.
“Baiklah” ucapku pelan. Aku menuju ruang tamu menaruh buku-buku dan handphoneku. Aku menuju dapur dan melihat kulkas. Aku mengambil beberapa snack dan jus lemon.
“Ting tong” bel rumahku berbunyi.
Aku menuju ruang tamu menaruh snack dan jus lemon yang aku bawa. Aku mengintip dari jendela. Aku segera berlari menuju gerbang ketika aku tahu ternyata itu Marry.
“Ayo masuk” ajakku.
“Sepedaku bagaimana?”
Q & Citra sdh selesai membuat skenarionya. Q sdh mengirim k e-mailmu. Pahami ya.. mungkin kamu akan jadi pemain ^^ |
kamu akan jadi pemain ^^
“Wah banyak sekali, mereka memang berbakat membuat skenario” ucapku. Aku dan Marry membacanya sekilas.
“Kau bawa flash disk?” tanyaku.
“Bawa, ini” jawab Marry menyerahkan flashnya. Aku memasukkan file kedalam flash Marry. Karena sudah sore Marry minta ijin pulang. Aku mengantarnya sampai gerbang.
Hari mulai malam. Aku sudah selesai mempelajari skenarionya dan bergegas tidur. Saat akan tidur HP ku berbunyi lagi. Ada SMS dari Vergy.
Besok kumpul di rumahku jam setengah tujuh.Jangan lupa bawa alat make up |
Esok harinya aku melakukan kegiatan seperti biasa. Merapikan tempat tidur, mandi, ganti baju, dan mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa nanti.
“Mira, cepat turun. Sarapannnya sudah siap” teriak Bunda dari bawah.
“Iya” jawabku aku segera merapikan barang-barang dan membawanya ke bawah.
Di ruang makan semua sudah berkumpul. Kami pun segera sarapan, aku makan dengan cepat.
“Mira, jangan makan tergesa-gesa” ucap Bunda. Semua mata tertuju padaku.
“Kau memang mau kemana?” tanya Joe, kakakku.
“Sesuatu lah..kau tak perlu tau” jawabku.
“Oh ya, bunda. Aku boleh pinjam alat make up nya?”
“Wah..wah..wah, ternyata adiku sudah berubah” ucap Joe. Aku meliriknya.
“Memang buat apa,sayang?” tanya bunda.
“Aku akan membantu temanku membuat film” jawabku.
“Ambil saja di ruang kerja Bunda, hari ini Bunda tidak ada agenda kegiatan”
Aku segera bangkit dari kursi dan berlari keruang kerja Bunda. Di sana ada dua kotak make up, kecil dan besar. Aku mengambil yang kecil. Aku menuju ruang makan lagi dan pamit untuk berangkat.
***
Sesampainya dirumah Vergy. Semua anak sudah berkumpul. Vergy segera membagi tugas dan menjelaskan adegan yang akan dilakukan hari ini. Kami pun segera menuju lokasi syuting. Selesai membuat film, Vergy mengirim karyanya ke panitia. Seminggu kemudian kami menuju gedung kota untuk pengumuman pemenang. Ternyata film Vergy tidak mendapat juara, tapi mendapat menang dengan kategori film terunik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar