Minggu, 08 April 2012

High Jump of Love

Nama    : Lysandra Zulfa Anindita
Nomor  : 15
Kelas     : VIII F
Mapel   : B.Indonesia

                Suasana hari ini benar-benar  membuat penasaran. Suara sorak-sorai para  gadis yang mengerumuni  sekolah yang terkenal dengan sebutan OSAKA GAKUEN yang berada di negeri Sakura, ya! Itu Jepang. Namaku Mizuki, aku pindahan dari Negri Paman Sam  tepatnya California yang ingin pindah sekolah di OSAKA GAKUEN. Aku adalah perempuan yang akan bersekolah di Osaka Gakuen yaitu merupakan sekolah laki-laki terkenal di Jepang.
                Saat di California, aku melihat sesosok lelaki yang sedang mengikuti pertarungan sengit di arena lompat tinggi. Ia adalah Sano Izumi. Suatu malam yang mengerikan, aku melihat 3 sosok mengerikan yang sedang berjalan menyusuri blok perumahan yang mencekam dan menyeramkan. Tiba-tiba, aku didekati oleh mereka . saat aku mulai ketakutan ingin menjerit, ternyata mereka berada tepat di belakangku. “Aaaaa!!” aku pun menjerit dengan kencangnya. Tiba-tiba, duk! Plak! Plak! Bug! “Ayo lari!!” terdengar suara lelaki yang sedang memegang tanganku dan menendangkan kaki besinya ke 3 pemuda jahat tadi. Aku tau jalan alternative keluar perumahan toh aku basanya lewat jalan itu, akan tetapi tertutup oleh pagar beton yang menjulang tinggi. Aku melompat dan lelaki penolongku itu ikut melompat. Tapi sebuah pisau kecil telah menghadang kaki penolongku sampai luka sayatan di pergelangan kakinya memercikkan darah.
                Setelah kita berdua berhasil melompat, penolongku bertanya “apa kamu baik-baik saja?” saat aku menengok ke muka lelaki dan mau menjawab pertanyaan itu, ternyata ia adalah Sano. Sang juara lompat tinggi yang melompat dengan sangat indahnya.” Waah.. betapa senangnya aku bertemu sosok bintang di lapangan lompat tinggi. Apalagi saat ia menolongku dengan tendangan super yang telah menelantarkan 3 pemuda yang sedang haus akan darah itu.” Lamunanku terhenti ketika Sano yang merintih kesakitan akibat sayatan di kakinya. Aku langsung mengambil cadangan obat merah, perban, dan plester yang biasa ku bawa d dalam tasku. Kuteteskan obat merah, kubalutkan perban dan kutempelkan plester ke pergelangan kaki Sano yang terkena luka sayatan. Lalu Sano mengantarkan aku pulang dengan selamat.
                Tahun-tahun telah berlalu. Semenjak kejadian waktu itu di California, Sanopun tidak bisa dan tidak ingin lompat tinggi lagi. Kurasa, semua itu karena salahku. Dan kupikir, aku harus membuat Sano tersenyum dan lompat tinggi lagi.
                Sano telah pindah dari California ke sekolah Osaka Gakuen Jepang. Aku mendengarnya dari gunjingan beberapa fans Sano yang telah pupus harapannya kepada Sano. Akupun memutuskan pergi ke Jepang untuk membuat Sano tersenyum dan mengikuti kegiatan lompat tinggi lagi.
                Pada saat di Jepang, banyak pengalaman yang telah kulalui. Dari dulu sampai kini, Sano tetap tidak mau walaupun sudah ku sadarkan beberapakali. Hari ini adalah hari dimana Sano yang dulu tertawa bahagia karena kejuaraan lomba lompat tinggi. Atas dukungan dan doronganku, ia pun sadar dan memutuskan untuk mengikuti latihan dan akan mengikuti sayembara lompat tinggi seperti tahun kemarin. Banyak kegagalan yang telah Sano alami, dan Sano pun berhasil lompat tinggi dengan indah pada saat latihan. Kelompok dan guru Sano yang tadinya tidak percaya akan keberadaan Sano di kelompok itupun, akhirnya setuju bila Sano ikut perlombaan/sayembara lompat tinggi tersebut.
                Hari-hari telah berlalu. Sano yang sedang berlatih kini sudah siap mencapai rekor atas lompat tinggi. Perlombaan pun akan segera dimulai dengan adanya pembukaan dari principal/kepala  panitia dan persembahan tarian ciliders yang diikuti oleh murid murid Osaka Gakuen. Giliran Sano pun datang, aku menyemangati Sano dengan jimat yang diberikan almh ibu Sano kepadanya. “Sano! Ganbatte! (dalam bahasa Indonesia artinya semangat) aku di sini telah membawa ibumu ikut serta untuk menyemangati mu! Jangan menyerah Sano!!” teriakku. Tiba-tiba, prok! Prok! Prok! Prok! “Sano-kun! Sano-kun! Sano-kun!” Teriak nakatsu sang sahabat baikku dan teman-teman lainnya. Sano menjadi sangat bersemangat dan akhrinya ia berhasil menjadi juara dan mendapat rekor tertinggi.
                Seusai acara itu, Sano mengajakku ke suatu taman yang indah dan tiba-tiba “Mizuki, saat saat aku bersamamu, aku merasa damai sekali, serasa tiada permasalahan yang timbul diantara kita. Maukah kau..” kata-kata Sano terhenti ketika Nakatsu sahabat ku datang. “hai Mizuki, hai Sano!” aku menjawab “ya” namun Sano malah diam membisu.
                Akhirnya tugasku membuat Sano tertawa senang dan lompat tinggi pun sudah selesai, dan sudah waktuku untuk kembali pulang ke California. Walaupun berat rasanya meninggalkan Sano, teman-teman dan sahabatku, tapi aku tetap harus pulang karena ada tugas yang sudah menunggu d sana. Akupun meninggalkan Osaka Gakuen tanpa sepengetahuan teman-teman. Ternyata teman akrab, kerabat, serta sahabatku menghadang di gerbang pintu sekolah. Dan akupun mengaku apa yang sudah terjadi selama ini. “teman-teman, aku ingin mengaku suatu hal yang selama ini harus ku katakan dari dulu. Aku adalah perempuan. Aku kesini dengan alasan ada tugas yang harus kulakukan untuk Sano. Terima kasih karena kalian telah menerimaku menjadi teman kalian.” Ucapku sambil meneteskan airmata. “Sama-sama Mizuki, sebtulnya kami telah tau kalau kau itu perempuan. Kami tau dari kakakmu yang sudah bercerita panjang lebar tentangmu. Dan kami tadinya shock mendengar cerita itu. Tapi Sano telah membenarkan cerita kakakmu dan kami tetap menerimamu sebagai teman kita.” Kata Nakatsu sambil meneteskan airmata juga.”terima kasih semua. Aku tidak mungkin seperti ini tanpa kalian semua. Arigato minna!(dalam bahasa Indonesia artinya terima kasiih semua)” airmataku mulai deras ketika Sano mengantarku ke bandara. “ Sayonara!(dalam bahasa Indonesia artinya selamat tinggal)” teriakku sambil melambaikan tangan.
                Sampailah aku di bandara. Pada saat di perjalanan menuju bandara, Sano menjelaskan panjang lebar tentang keberadaanku di dirinya. Sebenarnya aku suka Sano tetapi, bagaimana caraku mengungkapkannya ya? Ketika aku berjalan melihat daftar penumpang, Sano langsung memelukku dan berkata “Mizuki, sebenarnya aku cinta kamu, aku tidak ingin kehilangan dirimu. Maukah kau mengakui keberadaanku di hatimu?” dengan tulus Sano berkata seperti itu. Sungguh hati ini senang sekali sampai-sampai airmata yang tadinya membeku bak Kristal yang ada di kutub utara mencair. Setelah pelukan Sano itu terlepas, aku benar-benar kaget ketika Sano tiba-tiba berniat untuk menciumku. Semakin dekat, dekat, dekat, dan akhirnya ia pun benar-benar menciumku dengan setulus hatinya. Ia tersenyum, aku tersenyum, dan akupun langsung memeluknya untuk salam tinggal padanya. Dan aku berkata “Sano, sebenarnya dari dulu aku suka kamu, tapi aku bingung bagaimana cara mengungkapkannya. Dan sekarang aku tau.” Sambil melambaikan tanganku padanya.
                Akhirnya, aku sampai di California dengan senyum senang riang gembira. Dan aku menempuh hidupku sebagai perempuan yang percaya diri. Teria kasih Sano, karena kamu adalah inspirasi bagi hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar