TUGAS BAHASA INDONESIA
Nama : Alivia Suryaningrum (05/VIII F)
Hilma Ahda Sabela (13/VIII F)
Pratiwi Aura Reviani (20/VIII F)
Rizki
Pramudya Sari (22/VIII F)
Kelas : 8F
Kelompok :
8 (Delapan)
Naskah Drama :
Putri
Ndeso
Di
suatu Desa ujung Pulau, tinggalah seorang gadis cilik yang bernama Putri. Dia
tinggal bersama Simbok Inem yaitu ibu kandung Putri. Sedangkan Ayah Putri sudah
lama meninggal sebelum Putri lahir.
Mereka adalah keluarga yang kurang mampu.
Di suatu sore
yang cerah, Putri duduk bersama sahabatnya, yang bernama Bagus. Mereka
duduk di pinggir pantai sambil menunggu matahari tenggelam. Seketika datanglah
segerombolan anak yang menghampiri Putri.
Tantri :
“Ngapain kamu di sini! Ini kan tempat kita! (Membentak Putri)
Putri :
(Ragu-ragu)” Memangnya kenapa?”
Vela :
“Kamu itu tidak pantas duduk di sini!” (Nada tinggi)
Teman-teman :
”Iya benar kata Vela dan Tantri! Kamu hanya lah gadis ndeso!”
Tantri
Tantri :
”Karena dia Ndeso, kita panggil saja dia si Putri Ndeso.” (Tertawa dengan
teman-temannya)
Bagus :
(Menghampiri segerombolan anak itu) “Memangnya kenapa? Ini kan bukan sepenuhnya milik kamu. Dan kenapa kamu
memanggil Putri dengan nama si Putri Ndeso? Kamu kan juga dari desa, berarti
kan kamu juga orang Desa.”
Tantri :
“Tapikan aku tidak secupu Putri yang selalu ketinggalan jaman. Dan
lagipula aku anak orang ternama di Desa ini. Jangan samakan aku dengannya. (Menunjuk
ke Putri) Dan yang jelas dia sangat
berbeda denganku . Bagaikan Bumi dan Langit!”
Bagus : “Dan
juga sifatmu dengan Putri bagaikan bumi dan lagit kan?”
Putri :
“Sudahlah Bagus, mereka jangan diladenin. Mending kita pindah ke tempat lain
aja.
Bagus :
“Iya mending kita pergi, dari pada mendengar ocehan mereka.” (sambil
menggandeng Putri dan meninggalkan Tantri dan kawan-kawannya)
Saat berada di depan
rumah Putri, Putri termenung. Bagus bingung melihat tingkah putri.
Bagus
: “Putri, kamu
baik-baik saja kan? Apa kamu kepikiran dengan ucapan Tantri?”
Putri
: “Mmm, aku tidak
papa. Aku baik-baik saja. Aku pulang dulu ya, mendingan kamu pulang juga.”
Bagus : “Ya sudah, aku pulang
dulu. Sampai ketemu besok.” (sambil melambaikan tangan dan pergi)
Putri :
(Melambaikan tangannya dan masuk ke rumah)
Saat
di dalam kamar, Putri termenung lagi. Ia memikirkan ucapan Tantri, si anak kaya
tetapi sombong. Ia memikirkan kata-kata Tantri yang dilontarkan kepada Putri,
bahwa dirinya Putri Ndeso. Tiba-tiba Mbok Inem (ibu Putri) masuk ke kamarnya
dan menghampiri Putri.
Ibu Putri :
“Kamu kenapa nduk? Kamu baik-baik saja?”
Putri : “Ini bu, Putri kepikiran
sama kata-kata Tantri dan teman-temannya. Mereka mengatai saya Putri Ndeso. Apa
karena aku miskin, kemudian aku diledek seperti itu?” (mengeluarkan air mata)
Ibu
Putri : “Sudah, kamu yang
sabar saja ya nduk, pasti semua ada hikmahnya.” (membelai rambut Putri)
Putri : “Ya bu.”
Ibu
Putri : “Ya sudah, Ibu ke
dapur dulu ya. Setelah itu kita makan bersama.”
Esok
hari di Sekolah. Saat
Putri memasuki kelas, ia terkejut karena mendapati meja belajarnya berantakan.
Ia juga melihat tulisan “PUTRI NDESO” berada di atas mejanya. Ia meneteskan air
mata sambil membersihkan mejanya dan mengahpus tulisan.
Tantri :
(Menghampiri putri sambil tertawa) “Hai Putri Ndeso, kamu kenapa? Kok
nangis?”
Putri
hanya bisa menenangkan diri.
Putri :
“Memangnya kenapa kalau aku Putri Ndeso? Aku tau kalau aku orang tidak mampu,
tapi kalian tidak berhak memperlakukan aku seperti ini.” (Berkata halus dan tersenyum). Tantri
pun pergi tanpa menghiraukan putri kemudian di ikuti oleh teman-temannya. Putri
hanya bisa pasrah.
Saat pulang sekolah, Putri tidak langsung
pulang. Tetapi, ia pergi ke pantai untuk menenangkan diri sejenak. Sesampainya
di pantai, ia duduk sambil melihat langit yang cerah.
Putri : ”Ya
Tuhan, apakah aku akan hidup seperti ini selamanya? Semoga Engkau akan
melakukan yang terbaik untukku.”
Ternyata
dibalik semak-semak ada seseorang yang mengikutinya. Putri yang menyadarinya,
segera berdiri dan pulang ke rumah.
Putri : “Siapa
ya dia? Ku rasa, tidak ada yang membenciku kecuali Tantri dan teman-temannya.
Apakah dia Tantri? Atau mungkin temannya? Tapi kenapa Tantri dan temannya
berada disini? Tidak mungkin, itu pasti bukan mereka.”
Sore. Saat sampai
dirumah, Putri bertemu dengan Bagus di depan rumahnya.
Bagus :
“Putri, kemana saja kamu? Aku menunggumu sepulang sekolah tadi.”
Putri :
“Mm, aku ke pantai dulu sebentar. Ada perlu apa kamu ke sini?”
Bagus : “Aku hanya ingin bertanya,
apa benar kamu diganggu Tantri dan teman-temannya lagi?”
Putri
: (Terkejut) “Kamu
tau dari mana?”
Bagus : “Itu tidak penting.
Tetapi, apakah kamu baik-baik saja?”
Putri : “Ya, aku baik-baik saja.
Tetapi, saat aku berada di pantai, sepertinya ada yang mengikutiku dari
belakang.”
Bagus : “Apakah kamu tahu
orangnya?”
Putri : “Tidak, aku sangat
khawatir, lalu aku langsung berlari dan pulang.”
Bagus : “Akan ku cari tahu siapa
orangnya besok. Sekarang aku pulang dulu karena hari akan petang.”
Esok hari, di sekolah.
Tantri : “Putri, bisakah kita
bicara sebentar?” (Mulai khawatir karena takut jika dilihat teman-temannya)
Putri : “Apa yang akan kita
bicarakan? Kamu akan mengejekku lagi?” (Terkejut, tiba-tiba dengan berkata
halus)
Tantri : “Tidak, aku hanya ingin
meminta maaf kepadamu, karena aku telah mengejekmu dengan kata Putri Ndeso.
Apakah kamu mau memaafkan ku?”
Putri : “Apa aku tidah salah dengar?
Kenapa kamu meminta maaf kepadaku?” (Nada halus)
Tantri : “Aku terus memikirkan
perkataanmu kemarin. Dan akulah yang mengikutimu saat kamu di pantai kemarin.
Maafkan aku, karena aku mendengar keluh kesahmu. Apakah kamu mau memaafkan aku?
Aku telah banyak salah kepadamu.” (hampir menangis)
Putri : “Sudahlah, aku sudah
memaafkanmu. Tetapi, kamu harus berbanji tidak akan membeda-bedakan orang
karena statusnya dan orang tuanya. ”
Tantri : “Tapi, bagaimana dengan
temanku?. Pasti mereka akan mengejekku karena dulu aku sangat jahat kepadamu,
tetapi sekarang aku menjadi temanmu.”
Putri : “Turuti saja kata
hatimu.”
Tiba-tiba
teman-teman Tantri datang.
Vela : “Tantri, kemana saja
kamu kemarin? Bukankah kita ada janji untuk pergi ke rumah Yogi? Kenapa kamu
menghilang begitu saja?” (Medikit membentak)
Putri : “Kemarin, Tantri datang
ke pantai bersamaku. Mungkin ia lupa dengan janji itu. Iya kan Tantri?”
Vela : “Putri Ndeso, ngapain
kamu disini?” (Membentak Putri)
Tantri : “Sudahlah, mending kita
baikkan saja dengan Putri. Tidak ada gunanya terus seperti ini. Lagian kita
juga tidak rugi dan tidak untung.” (Dengan nada halus)
Vela : “Huh, memang,
ini semua tidak ada gunanya. Maafkan kita ya Putri, kita tidak akan mengejekmu
lagi. Maafkan kami.” (Mendesah, dan merenung)
Putri : “Dari dulu, aku sudah
memaafkan kalian. Apakah kita sekarang berteman?” (sambil mengacungkan jari
kelingking kepada mereka)
Tantri
dan : “Ya. Dengan senang hati.”
Teman-temannya
Akhirnya,
mereka tidak bermusuhan seperti dulu lagi. Mereka akhirnya tahu bahwa tidak
baik memandang status atau pangkat orang tua. Dan mereka menyadari bahwa bermusuhan
juga tidak ada gunanya.
TAMAT...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar